Naik Kereta Lintas Benua Lewat China Mongolia dan Rusia

Aku belum sempat bercerita tentang perjalananku berkereta dari China ke Rusia. Ko naik kereta, kenapa nggak naik pesawat? Ya karena memang pengen naik kereta. haha. Perjalanan darat dari timur ke barat benua Asia-Eropa ini menjadi bucket list ku dari kecil. Belasan tahun lalu. Namun karena nabungnya agak lama, ya jadinya baru berangkat kemarin tahun 2018. Hehe.

Jadi, bagi yang belum tau, di daratan Rusia dan Asia sana ada jalur kereta yang bernama Transiberian Railways. Jalur kereta yang menghubungkan ujung timur hingga ujung barat benua Asia-Eropa. Wow, panjang ya. Yup, kurang lebih 5000 Km. Sebetulnya  bukan hanya Transiberian sih. Ada tiga jalur kereta yang dikenal menghubungkan benua Asia dan Eropa. Trans-Manchurian, menghubungkan China dan Russia. Trans-Mongolian, menghubungkan China, Mongolia, dan Russia. Trans-Siberian, hanya ada di Russia dari Vladivostok hingga Moscow. Mungkin kalau digambarkan seperti jalur kereta antar provinsi di Jawa kali ya. Banyak jalurnya, namun dalam skala besar.

Kami berada di dalam kabin kereta

Aku berangkat bersama kakak dan adikku. Kami bertiga berkereta dari Beijing ke Moscow dengan durasi perjalanan 20 hari. Melewati 6 zona waktu, 2 benua, 3 negara, dan puluhan kota. Negara yang akan kami lalui adalah China, Mongolia, dan Rusia. Jadi akan ada 2 perbatasan yang akan kami lewati menggunakan kereta.

Di kereta 20 hari? Tentu tidak. Dari 20 hari perjalanan kami akan singgah di beberapa kota. Stay semalam atau dua malam lalu lanjut lagi naik kereta ke kota selanjutnya. Ngeteng lah ya istilahnya mah. Hehe. 

Perjalanan dimulai di bulan Agustus 2018 tepat saat lebaran Idul Adha. Flight kami jam 12 siang di hari lebaran. Jadi setelah shalat Ied, aku dan akakku bergegas untuk ke bandara Soekarno Hatta. Kami berdua akan bertemu dengan Bani, adikku di Singapura karena dia kerja di sana. Jadi tidak bolak balik ke Indonesia dulu. 

Sampai di Singapura, kita bertiga bertemu dan mengecek ulang persiapan juga itinerary untuk 20 hari kedepan. Rasanya deg-degan sekaligus tidak sabar. Namun saat itu badanku agak kurang fit karena benar-benar baru pulang dari 1 bulan marathon gunung. Haha.. Jadi tas dan badan juga masih bau hutan. (kisahnya lain hari aja ya.. heheu). 

Kami merencanakan agar sampai di Beijing tengah malam. Kenapa? biar mengurangi ongkos bermalam. Maksudnya biar bisa bermalam di bandara saja sampai pagi. Hehe. Lalu paginya titip tas di hostel, jalan-jalan, dan siang baru deh check in.

Sampai Beijing tepat jam 1 pagi. Kami langsung mengantri di imigrasi dan mengambil barang di conveyor. Setelah itu, mencari kursi yag enak buat rebahan. Karena masih kelelahan dan kurang nyaman, aku baru bisa tidur jam 3 pagi.  Dan ketika terbangun sudah ramai sekali. Waktu itu menunjukkan pukul setengah 7 pagi.

Kami bangun dan bersiap untuk keluar. Masih ada 1 kali pemeriksaan lagi sebelum keluar. Pengecekan barang di x-ray. Ada beberapa orang dipanggil keluar barisan untuk random check, namun tidak pernah ada masalah dan keadaan berjalan lancar. Sampai pada barisan kami bertiga, petugas mempersilahkan kami keluar barisan. 

Passport dan boarding pass kami dicek lalu petugas bertanya mengenai maksud dan tujuan kami ke Beijing. Kami jelaskan bahwa kami turis yang akan melakukan perjalanan naik kereta dari Beijing ke Moscow. Beberapa petugas lain mulai menghampiri kami. 

Sepertinya mereka belum puas dengan jawaban kami dan bertanya lagi mengenai visa dan tiket pesawat keluar dari China. Kami jelaskan ulang bahwa kami akan keluar China menggunakan kereta, bukan pesawat. Sehingga kami tidak memiliki kode booking maskapai penerbangan. Kami menunjukkan kode booking kereta yang akan kami gunakan keluar dari China, namun jawaban kami belum membuat mereka puas.

Kami dipersilahkan untuk bergeser ke sebuah ruangan terpisah dari antrian. Orang-orang yang sedari tadi mengantri mulai terlihat penasaran kearah kami. Ada apa dengan 3 manusia kucel itu ya? begitulah kira-kira. haha. 

Kami dipersilahkan membongkar semua barang bawaan. yes. Semua. Satu-persatu. But why mister?. Karena bongkar packing keril gunung itu ribet sodara-sodara. Kakakku berhenti membongkar tas dan kembali menghapiri petugas untuk menjelaskan agar kami diperbolehkan keluar. 

Kami jelaskan kami turis yang akan hanya ada di Beijing selama 2 hari dan di hari ke 3 nanti akan berangkat dengan kereta ke Mongolia. Kami juga bersikeras bahwa kami bukan turis abal-abal yang akan luntang-lantung di negaranya. Kami tunjukkan bahwa nama belakang kami sama sehingga mereka percaya bahwa kami adalah keluarga yang sedang berlibur. 

Dan untuk menjawab keheranan mereka mengapa kami luntang lantung di bandara tadi malam, kami tidak ada akses ke kota selain menunggu pagi. Karena mereka bertanya mengapa penumpang pesawat dengan nomer penerbangan kami baru keluar di pagi hari, seharusnya kan tadi malam. Kami menjelaskan sampai kadang campur-campur pakai bahasa indonesia pura-pura bodoh. Hahaha... Ya ampun belum 24 jam perjalanan, sudah dapat cerita. Hihi

Akhirnya setelah proses panjang nan diliatin orang, kami diperbolehkan keluar. Ok. stage one completed. Kami keluar menuju mesin penjual tiket kereta. Rencananya kami akan menggunakan semacam commuter line bawah tanah menuju Hostel tempat kami akan menginap.

Kami melihat mesin penjual tiket, tidak ada tulisan dalam alfabet. Kami tidak mengerti bahasanya. Kulihat gambar di samping mesin yang menunjukkan step-step mendapatkan tiket dengan lokasi tujuan yang sesuai. Namun tetap saja agak sulit memahaminya. 

Bani mengeluarkan ponselnya untuk  menterjemahkan tulisan yang ada di mesin tiket. Kami coba mulai memasukkan uang dan pencet-pencet tombol sesuai instruksi. Voila! 3 tiket kereta sudah keluar. Tidak lama menunggu akhirnya kereta datang dan kami pun masuk.

Pagi itu Beijing sangat cerah. Waktu menunjukkan pukul 8 saat kami tiba di stasiun tujuan. Dari Stasiun tersebut kami berjalan kaki sekitar 20 menit menuju Hostel yang sudah kami booking sebelumnya. Sesampainya di Hostel, kami izin menitipkan tas terlebih dahulu di sana karena baru bisa dapat kamar nanti jam 1 siang. Setelah mengurus administrasi dan menitipkan tas, kami bertiga pergi untuk cari sarapan. Beberapa restoran kecil yang kami lewati tadi sepertinya cukup menarik, Namun karena keterbatasan bahasa, akhirnya ke Mcd lagi. 

Lagipula di Mcd kala itu sudah ada mesin panel self service dengan bahasa inggris dan pemaparan menu yang cukup jelas. Jadi, sepertinya restoran junkfood seperti ini yang akan sering kami kunjungi selama beberapa belas hari kedepan. Haha. 

Setelah sarapan kami pergi menuju kantor perusahaan yang menerbitkan tiket kereta kami. Sekitar 1 jam berjalan. Kami memang nggak pakai moda trasnportasi kala itu. Karena menghemat, ingin menikmati suasana, dan juga masih belum faham moda transportasi lokalnya. Haha. 

Oiya sepanjang perjalanan berkereta nanti, kami akan menggunakan 3 kereta. Pertama adalah kereta dari Beijing ke Ulaanbatar. Kedua kereta dari Ulaanbatar ke Irkutsk. Dan yang ketiga adalah kereta dari Irkutsk ke Moscow. 3 moda kereta ini kami booking dari 3 website yang berbeda, jadi dapat nomer keretanya pun berbeda.

Beijing-Ulaanbatar: Train no. 23. Beli di cits.net
Ulaanbatar-Irkutsk: Train no. 305. Beli di railwaymongolia.com
Irkutsk-Moscow: Train no. 001. Beli di eng.rzd.ru

Setelah mendapatkan boarding pass kereta, kami kembali ke Hostel untuk check in dan beristirahat.

Keesokan harinya kami booking one day tour untuk keliling Beijing dan sekitarnya. Tour ini sudah kami booking juga sebelumnya. Hari itu kami diajak berkeliling ke beberapa destinasi bersejarah dan yang pasti ke tembok besar China. 

Tembok besar China

Yang namanya tempat wisata, pasti ramai. Apalagi hari itu sangat panas sekali. Satu-satunya yang bikin happy adalah aku takjub sekali dengan megahnya tembok China. Apalagi view yang disuguhkan dari sana sangatlah Indah. 

Di dalam tembok besar China

Salah satu pintu Tembok besar China


Ada yang lucu di sini. Di tur ini ada 4 peserta, kami bertiga dan 1 orang teman kakakku yang warga Indonesia juga tapi tinggal di Beijing. Kami dipandu oleh 2 tour guide perempuan yang kelihatannya masih seumuranku. Jadi mereka cukup fasih berbahasa inggris. 

Jadi saat itu aku memakai baju seperti biasa. Kemeja, lalu celana dan sepatu gunung. Saat aku keluar dari kamar mandi wanita, teman kakakku mencuri dengar percakapan guide kami yang sedang mengobrol dengan bahasa China. Katanya mereka baru tau kalau aku ini perempuan saat aku masuk kamar mandi perempuan. Jadi seharian ini mereka kira aku laki-laki. Hahaha

"Ko bisa? kan pakai kerudung", tanyaku sambil terkekeh.
"Iya mereka kira kerudung kamu ini dipakai untuk menghalau panas di musim panas", Katanya.

Hahaha.. Ada-ada saja. Tapi bukan salah mereka juga. Perawakanku memang tidak feminim, dan mengunakan kain untuk menutupi kepala terkadang memang lumrah juga di berbagai negara. Apalagi mereka sering sekali melihat turis dari berbagai budaya dengan pakaian khas nya masing-masing. Jadi belum tentu mereka berasumsi kalau kami itu wanita atau muslim hanya dengan melihat kami berkerudung. Jadi yang terkadang bagi kita mudah dipahami, belum tentu sudut pandang orang juga seperti itu. 

Oke lanjut, tur kami hari itu selesai di sore hari. Di malamnya kami mempersiapkan diri untuk berangkat ke Stasiun Beijing di esok hari. 

Stasiun Beijing

Stasiun Beijing

Kereta kami yang pertama memiliki nomer kereta 23. Keretanya akan berangkat pukul 8 pagi. Sehingga,  untuk mempersingkat waktu, kami berangkat menggunakan taksi. Sampai di Stasiun Beijing jam 6.30, kami segera mengurus dokumen dan tiket di loket keberangkatan. Deg-degan rasanya. 

Kereta no 23. Beijing-Ulaanbatar

Sekitar setengah jam menunggu, kereta kami datang penumpang dipersilahkan masuk. Kami benar-benar penasaran seperti apa akomodasi di dalam kereta antar negara ini. 

Kami mulai mencari gerbong sesuai boarding pass kami, lalu masuk ke dalam kereta. Bentuk dalam keretanya, jika kita membagi berdasarkan lebar kereta, 1/3 berbentuk lorong, dan 2/3 berbentuk ruangan kabin yang akan menjadi tempat penumpang. Kabin ini berukuran sekitar 2x1,5 meter persegi. di dalamnya terdapat tempat tidur sejenis bunk bed. Jadi ada 2 kasur yang bertingkat. Totalnya 4 kasur. Kasur yang bawah bisa dijadikan kursi jika tidak dipakai tidur. Kasur yang atas pun bisa dilipat jika tidak dipakai.

Lorong kereta

Di dalam kabin kereta

Fasilitas yang ada dalam kabin secara general antara lain, meja kecil, tv kecil (cuma kita  nggak tau gimana cara makenya. haha), colokan, cermin, dan alat tidur. Selain itu, karena ruangan cukup minimalis, untuk menyimpang tas besar dan barang-barang lainnya kami bisa menyimpannya di bawah kasur bagian bawah. Selain itu ada juga laci-laci kecil di sandaran kasur, dan ruang agak besar di samping kasur atas. 

Kasur atas (ada ruang besar untuk taruh barang)

Setelah menaruh tas dan merapihkan barang, barang, kami jalan-jalan di selasar atau lorong kereta. Di tiap ujung lorong gerbong akan ada masing-masing 2 toilet yang bisa diakses secara umum. Toiletnya sebesar toilet di pesawat. Selain itu setiap gerbong juga menyiapkan keran air panas. Bener-bener panas ini kayak air mendidih. Oiya kami memesan tiket kelas 2 sehingga dalam satu kabin terdapat empat kasur. untuk kelas 1, dalam satu kabin hanya ada 2 kasur. Sedangkan untuk kelas 3, tidak ada ruang kabin nya. Jadi bentuknya seperti gerbong kereta seperti di Indonesia tapi tempat duduknya diganti kasur bertingkat semua. Tidak ada privasi jadinya. 

Dispenser air panas
Gerbong kelas 3 (sumber: ourlifetravel.com)

Toilet kereta

"Teh, ini kan ada 4 kasur, 1 kasur lagi kosong atau ada penumpang lain?", Tanyaku.
"Kayaknya sih ada penumpang lain"

Kami menyusuri lorong lagi. Dalam 1 gerbong itu ada 8 atau 9 kabin. Selain itu, selama perjalanan nanti kami bisa membeli makanan di gerbong restoran. 

Setelah berjalan-jalan sambil menunggu jam keberangkatan, kami kembali ke kabin. Di sana terlihat ada 1 tas kecil di kursi. Oh mungkin dia sudah naruh tas nya. Lagi keluar lagi sepertinya. 

Terdengar pengumumpan dari pengeras suara. Kami tidak tahu artinya tapi sepertinya persiapan keberangkatan. Kami duduk bertiga di dalam kabin. Tidak beberapa lama, pintu bergeser terbuka. Seorang wanita berumur 40 tahunan berbadan tegap dan tinggi masuk dengan senyuman lalu menyapa kami bertiga. 

Teman satu kabin dari Perancis

Kami saling memperkenalkan diri. Dia berasal dari Perancis dan perjalanan ini merupakan perjalanan yang dia impikan dari kecil. Dia ingin sekali berkuda di Mongolia.

"You can ride a horse?", tanyaku.
"No I can't, but I will learn how in Mongolia ", Jawabnya. 

Kereta mulai bergerak. Kami berempat duduk sambil melihat keluar jendela. Sama seperti kami, ini merupakan kali pertama dia berkendara menggunakan kereta Trans-siberia. Tujuan utamanya adalah Mongolia. Jadi dia akan turun di Ulaanbatar.

Kami bertanya mengapa tidak langsung menggunakan pesawat ke Ulaanbatar, tentunya akan menghemat waktu. Jawabannya adalah dia memiliki pengalaman buruk dengan salah satu maskapai. Sehingga menghindari maskapai tersebut ke Ulaanbatar. Sehingga dia naik pesawat dulu ke Beijing, lalu berkereta ke Ulaanbatar, Mongolia.

Dari Beijing ke Ulaanbatar akan kami tempuh selama  kurang lebih 32 jam. Oiya kereta ini adalah kereta Rusia. Jadi tulisan-tulisan di dalamnya semua berbahasa rusia. Untuk awak kabinnya kami tidak tahu kewarganegaraanya namun dari wajahnya, kebanyakan berasal dari Rusia atau Mongolia. Kecuali di gerbong restoran. Karena menunya adalah menu masakan China, yang menjadi koki dan beberapa waiter adalah orang China. 

Informasi di dalam kereta menggunakan Kiril
Bahasa Inggris awak kabin cukup baik, namun kadang masih sulit untuk menjelaskan hal-hal detail. Selain itu mereka cukup sibuk, sehingga jarang sekali berada di gerbong kami. Walau begitu, di gerbong kami terdapat ruang kabin untuk satu atau dua orang awak kabin (terlihat dari interior kabin lebih banyak untuk handle administrasi dan sebagainya) walau seringnya terlihat kosong. 

Setelah beberapa jam perjalanan, tiba-tiba pintu terbuka dan seorang awak kabin menyerahkan beberapa lembar kertas. Awak tersebut langsung pergi tanpa menjelaskan maksud dari kertas tersebut. Kami berempat saling pandang kebingungan.

"I think we need to fill this paper for imigration purpose", Ujar wanita Perancis.
Kami bertiga mengangguk dan mengambil kertas tersebut untuk segera diisi. 

Dokumen yang diberikan petugas

Importance notice. Kami disebut Aliens hehe
(sepertinya maksudnya 'foreigners')

Masing-masing dari kami dapat 3 lembar. Dua diantaranya ada terjemahan bahasa inggrisnya. Namun 1 lembar lagi kami tidak menemukan terjemahannya. Lama kami terdiam mencari. Namun tidak ada. Kertas ini bertuliskan alfabet Kiril (alfabet yang biasanya digunakan bahasa Rusia) saja. Aku terkekeh. 

"Teh ini gimana bacanya? hahaha", aku dan Bani terkekeh.

Dokumen yang tidak bisa kami terjemahkan
Aku memang bisa membaca Kiril, tapi tetap saja aku tak faham artinya. Haha. Dan ini juga sepertinya bahasa Mongolia bukan bahasa Rusia.

"Teh dia kok lancar nulisnya, nanya ke dia aja biar cepet. Haha", lanjutku ketika melihat kawan Perancis kami mulai menulis.

Sebetulnya bisa juga menggunakan translator di hp tapi takut salah mengerti karena kadang diterjemahkan perkata bukan perkalimat. 

Akhirnya kami pun 'nyontek'. Hehe. 

Walau masih pagi tapi kami mulai lapar. Kamipun segera keluar untuk menuju gerbong restoran. Ternyata cukup jauh. Kami haru melewati beberapa 4-5 gerbong. Beberapa diantaranya ada gerbong kelas 3. Suasananya begitu ramai dan seru sekali. 

Sesampainya di gerbong restoran, kami segera memesan makanan. Melihat menunya, kami cari aman aja pesan telur dan sayur. Hehe.

Gerbong restoran

Menu di Kereta no. 23

Setelah kenyang kami segera kembali ke kabin.

Berselang 5 jam perjalanan, sinyal masih ada. Namun siang hari sinyal sudah tidak ada. Jadi kami menghabiskan waktu bermain ludo dan mengobrol. 

"Teh kita nggak dapet makan siang nggak sih di sini ya?", Tanya Bani.
"Nggak tau deh. kemarin pas booking kayaknya teteh ceklis meal nya deh",

Sekitar sore hari ada yang mengetuk dan membuka kabin. Waiter datang sembari membawa troly makanan box. Dia masuk dan meletakkan 4 box di meja kami sambil tersenyum.

"What kind of food is this?", Tanya kakakku ingin mengetahui apakah kami bisa memakannya mengingat belum tau halal atau tidak halal. 

Waiter tidak mengerti pertanyaan kakakku dan hanya menjelaskan ulang bahwa dia mengantarkan makanan. Ok sepertinya dia tidak terlalu mengerti bahasa Inggris. Kami mengangguk dan mengucapkan terima kasih.

Setelah waiter keluar, kami membuka box tersebut isinya biskuit, roti, dan mie. Ok sepertinya aman. Kami pun langsung melahapnya karena lapar.

"Kenapa baru dikasihnya jam segini ya?" Tanyaku penasaran.
"Mungkin awak mereka sedikit, jadi baru sampai ke gerbong kita jam segini"
"Atau mungkin karena zona waktu yang dipakai kereta ini adalah zona waktu Moscow. Bukan zona waktu Beijing",

Ya, melintasi 6 zona waktu, zona waktu yang menjadi acuan awak kabin di kereta adalah zona waktu Moscow.

Oiya Kereta ini juga berhenti di beberapa stasiun untuk mengambil penumpang. Namun berhentinya sebentar sekitar 10-15 menit. Hanya untuk menaikkan penumpang. Namun tidak menutup kemungkinan juga jika ingin turun sebentar sekedar beli jajan.

Pemandangan dari dalam kereta

Setelah 12 jam berjalan, kereta berhenti di sebuah stasiun bernama Erlian Station. Kami asumsikan ini adalah perbatasan karena kami sudah berhenti sekitar setengah jam. Cukup lama. Emang nggak dikasih informasi di kereta? informasi selalu diinfokan oleh awak kabin melalui pengeras suara di dalam kereta tapi mereka hanya berbahasa China dan Rusia. Sehingga kami benar-benar buta informasi di kereta. Haha. 

Kawan Perancis kami juga hanya bisa sedikit-sedikit.

"Yeah, I think this is the border", katanya.
"So how's the procedure?", 
"I don't know yet"

Kami benar-benar tidak tahu. Mungkin prosedurnya sudah diinfokan oleh awak kabin namun kami tak mengerti. Di gerbong kami hanya kami penumpangnya. yang lain kosong. Sehingga sulit sekali mencari informasi. Kami hanya berdiri di samping jendela melihat apakah penumpang di gerbong lain keluar dari kereta atau tidak. Namun belum ada yang keluar. 

Kami menyiapkan passport dan kertas yang sudah kami isi tadi pagi. Lalu tiba-tiba petugas imigrasi China  datang dan berdiri di depan kabin kami. Kami menyerahkan passport dan dokumen lalu ditanya satu persatu asal, pekerjaan, dan tujuan perjalanan. Setelah itu petugas meminta satu-persatu ponsel kami. Tidak sempat bertanya kenapa, petugas terus memerintahkan kami untuk membuka galery foto dan memperlihatkannya ke dia. Kuserahkan ponselku ke petugas dan petugas mulai scrolling melihat isi gallery.

Kami saling pandang. Ini pelanggaran nggak sih? ucapku berbisik ke Kakak dan Adikku. Setelah cukup melihat galerry foto di ponsel kami berempat, petugas membawa passport dan dokumen kami lalu pergi ke gerbong selanjutnya. Kami hanya terdiam.

"Udah nih?"
"Nggak tau deh..",
"Bisa keluar nggak sih?"
"Takut ditinggal kereta. hahaha", 

Berselang satu jam, petugas imigrasi China kembali dan menyerahkan dokumen kami. Setelah itu kami pun menunggu. Mau keluar juga tidak ada warung yang buka. Stasiun nya cukup modern jadi nggak ada pedangan jajanan. Dan malam itu stasiun sepi sekali. Benar-benar tidak ada orang di peron.

Lalu tiba-tiba petugas datang lagi. Kali ini dari kantor imigrasi Mongolia. Sama seperti petugas sebelumnya, kami ditanya beberapa pertanyaan dan passport kami dibawa turun. Di bawa ke kantor imigrasinya sih sepertinya. 

Berselang 1 jam, kami sudah tidak betah di kereta. sudah 2 jam lebih. Waktu sudah menujukkan pukul 10.15. Kami lihat keluar jendela orang-orang mulai turun. Kami pun ikut turun. Di sini kulihat awak kereta kami sudah berganti baju. Bukan baju dinas. Namun baju bebas. Apakah ini waktunya mereka ganti shift, atau memang ini waktu break yang panjang?

Kami berempat turun dan meregangkan badan. Begitu juga dengan penumpang yang lain. Kami pun ngobrol dengan mereka yang sama-sama turis. Mereka juga nggak tau harus ngapain karena keterbatasan bahasa. Jadi sama-sama bingung. Hehe. 

Peron stasiun Erlian. Sepi (22:00)

Kami dipersilahkan masuk ke dalam stasiun untuk beristirahat. Lalu terlihat kereta kami  mulai bergerak berjalan. Para penumpang bertanya-tanya dan bingung juga. Karena barang kami masih di dalam, tapi kok keretanya berangkat. Namun kata petugas tenang saja. Katanya keretanya akan mengganti roda-rodanya jadi akan membutuhkan waktu yang agak lama.

Malam itu kami menunggu di dalam stasiun hingga jam 1 malam. Setelah itu kami baru dipersilahkan lagi berangkat. Jadi di Stasiun Erlian ini kami menunggu hingga 5 jam. 

Oiya untuk visa, kami agak hati-hati untuk menentukan tanggal berlaku dan durasinya. Waktu itu kami dijadwalkan tiba di stasiun Ulaanbatar tanggal 26 Agustus 2018. Tapi kami harus mengajukan Visa masuk Mongolia dari tanggal 25 Agustus, karena kami masuk perbatasan Mongolianya tanggal 25 Agustus. Begitu juga nanti dengan Visa Rusia. Jangan menjadikan Stasiun tujuan menjadi patokan, tapi kapan melewati batas perbatasan. Ada baiknya dikasih jeda waktu juga bisar nggak terlalu mepet. Waktu itu pernah ada yang salah tanggal, jadinya dia harus naik kereta di hari selanjutnya. Karena tidak diperbolehkan masuk duluan mendahului tanggal visa berlaku.

Bersambung ke part Mongolia ya kawan-kawan... 






Comments

  1. Ga sabar baca kelanjutan nya.. ������.. Wilujeng Shaum,, Furky.. ����

    ReplyDelete
  2. Keren sih mba satu ini, sy mulai lihat mbaknya saat pendakian Everest, salut, luar biasa.

    Terus sering lihat dikonten yang lain. Keren.

    Jurnal blognya tetep dilanjut mbak.

    ReplyDelete
  3. Ini hrs dibaca setelah menonton YT nya, baru keren

    ReplyDelete

Post a Comment